Selasa, 09 Februari 2016

Banana Muffins

Pernah dengar kalimat "joy of baking"? Nah kalimat ini yang selalu berputar-putar dikepalaku setiap lihat posting tentang makanan, apalagi kalau lihat foto makanan dan resepnya yang lumayan simple. Bukannya nggak mau coba resep makanan yang rumit, tapi berhubung waktu yang terbatas dengan kesibukan yang menggunung jadi "terpaksa" menuntaskan my next random things yaitu baking with simple recipe.

Simple bukan berarti nggak enak ya, ada banyak resep makanan simple yang hasilnya malah enak banget. Iya pakai banget, apalagi bahan-bahannya selalu ada dirumah jadi bisa baking kapanpun. Kalau aku bahan kue yang selalu wajib ada dirumah seperti: tepung terigu (segitiga dan cakra), gula pasir, telur, margarin, baking powder, coklat batangan, SP/TBM/Ovalet, vanili, pasta pandan dan pasta mocca, serta tidak lupa sprinkels dan hiasan kue lainnya. Jadi aku setiap kali googling pasti selalu screenshot resep-resep makanan yang aku rasa bakalan bisa aku eksekusi. Kalau ada videonya malah lebih bagus, jadi bisa sekalian belajar teknik eksekusinya.

Belakangan ini aku lagi rajin banget bikin muffin, karena ya itu tadi eksekusinya gampang dan cepat. Salah satu resep favorit aku yaitu Banana Muffin, alias muffin pisang. Kenapa muffin? Karena muffin teksturnya lebih padat daripada cupcake dan hanya menggunakan sedikit telur. Bagiku irit itu simple..😊

Salah satu resep banana muffin yang sering aku eksekusi adalah resep Chocolate Banana Muffins dari mba Ricke Indriani, resepnya aku ambil dari blognya mba Ricke tapi sudah aku modifikasi karena dirumah aku kurang laris kalau bikin kue coklat. Berikut aku tulis lagi resepnya yaa..

Banana Muffins
(Adapted from "Chocolate Banana Muffins" by Ricke Indriani, modified by Julia Rz)

Ingridients:
1 3/4 cups (230 grams) tepung terigu serbaguna (protein sedang/segitiga)
1/4 cups (30 grams) susu bubuk, resep asli coklat bubuk
1 cup (200 grams) gula pasir
1 sdt baking powder
1 sdt soda kue, aku pakai 1/2 sdt SP
1/4 sdt garam (klo pake margarin/salted butter ga usah pake)
2 butir telur ukuran besar, kocok lepas
1/2 cup (113 grams) butter/margarin, lelehkan dan dinginkan
3-4 buah pisang ambon/cavendish matang (sekitar 400-450 grams), hancurkan dengan blender
1 sdt pure vanilla extract (aku pakai essence vanilla)

Garnish (optional):
Mises, chocolate chips

Directions:
1. Panaskan oven 200'C. Siapkan paper cup muffin (bluder cup) atau loyang
muffin yang dialasi paper cup untuk cupcake untuk ukuran yang lebih kecil.
Sisihkan.
2. Dalam sebuah mangkok/baskom yang agak besar, aduk dan ayak terigu,
Susu bubuk, baking powder, dan garam. Masukkan gula pasir. Campur rata. Sisihkan.
3. Dalam mangkok lain mixer telur, gula pasir, SP dan vanili sampai tercampur rata, tidak perlu sampai mengembang. Masukkan campuran tepung dan aduk perlahan dengan spatula. Masukkan campuran pisang dan margarin, aduk lagi sampai rata.
4. Tuang ke dalam paper cup. Taburi mises di atasnya. Panggang dalam oven selama 30 menit atau sampai matang dan permukaannya kering. Lakukan tes tusuk dengan tusuk gigi atau lidi bersih. Keluarkan dari oven. Sajikan hangat.
Note:
- Saat pertama masuk oven panggang dengan suhu tinggi sekitar 200'C,
biarkan hingga adonan naik. Setelah adonan naik, suhu oven bisa diturunkan
menjadi 180'C dan teruskan memanggang hingga matang sempurna.

Hasil baking nantinya bisa beragam tergantung oven dan bahan kue yang digunakan.

Dengarkan aku

Sebenarnya ini postingan pertama di blog ini, tapi karena singnal lagi galau merindu jadi ini postingan selanjutnya dan masih mengenai sajak yang aku buat.

Sedikit cerita kalau sajak ini dibuat tahun 2007, berdasarkan kisah seorang teman yang saat itu berada di "titik nol". Sajak ini belum pernah aku share kepada siapapun, alasannya karena malu dan galau. Tahun 2015 baru aku share kepada seseorang yang jadi inspirasi pembuatan sajak ini, it's a proof that you are mean a lot to me.

Dengarkan aku

Author: Julia Rz

Kita sama-sama datang dari dunia hitam
Dinaungi gelap ditutupi topeng besi
Berjalan menunduk tertatih-tatih

Kita bukan laba-laba ditembok putih
Selalu merajut jaring perangkap diri
Sendiri dan sepi saling membenci

Kita bukan jelata yang menyakiti
Tetap akan mencari helaan nafas
Bukan diam dan berbalik arah

Kita bukan air yang searus ke muara
Kita bisa memutar balik melawan arus
Walaupun jeram menghantam biduk rapuh

Kita tak akan hangus dinyala api
Karna kita punya nyali
Yakinku kita selamat menjadi bara

Kita tak harus berlari ke hutan dan hilang
Tersesat bertelanjang dan lupa diri
Kita tak pasrah pada alam

Malam takkan larutkan dirimu di kegelapan
Semua berakhir saat mentari bersinar
Yang akan selalu memelukmu dengan hangatnya

Aku cuma share sajaknya saja bukan kisah orangnya, nanti malah dibilang baper an. Hahaha

Dia

Postingan ini masih mengenai sajak yang aku buat:

Dia
By: Julia Rz

Pengalaman mengajarkan untuk lebih menyakiti
Saat yang lemah tertindas
Dan yang tetap berkuasa dikhianati
Diselamatkan seorang pahlawan kelam
Yang selalu menutupi sayapnya
Yang selalu datang bersama hujan
Dan berlalu dihembusan angin

Saat api tak membakar panasnya
Air tak mampu padam baranya
Sejuta tanya dia yang slalu setia
Menunggu datangnya pagi
Menanti kembali sang putra malam
Selalu merengkuh telanjangnya
Merindu dalam hening gurun pasir
Yang tlah menelanjangi hati dan fikiran
Yang mulai keruh oleh bayangan teguh

Ditunggu saran dan kritikannya ya.